Sistem
distribusi jaringan listrik tegangan rendah adalah bagian dari system tenaga
listrik yang berada di antara sumber daya listrik dan pemakai tenaga
listrik(konsumen). Dengan pertambahan jumlah penduduk memaksakan jaringan
tegangan rendah yang semakin handal guna menyediakan sumber listrik yang
optimal. Salah satu caranya adalah dengan mengurangi angka losses daya pada
distribusi jaringan tegangan rendah Jaringan listrik tegangan rendah
berfungsi untuk menyalurkan tenaga listrik dari Gardu Distribusi ke Konsumen
tegangan rendah. Tegangan rendah yang digunakan PT. PLN ( persero) adalah
127/220 V dan 220/380 V. Jika diurutkan maka urutan listrik dari pembangkit
hingga dapat diakses ke rumah and aadalah sebagai berikut: listrik bisa sampai dari pembangkit sampai rumah anda,
dengan melewati jaringan transmisi, gardu induk (GI), jaringan tegangan
menengah (JTM), gardu distribusi, jaringan tegangan rendah (JTR) dan sambungan
rumah (SR).
Jaringan Tegangan Menengah (JTM)
merupakan jaringan yang keluar dari Gardu Induk dengan tegangan 12 kV atau 20
kV, dan langsung masuk kedalam daerah kecamatan, kelurahan, pedesaan,
perkampungan, ataupun perumahan, termasuk melewati hutan-hutan, perkebunan dan
jalan-jalan kecil. JTM ada yang berbentuk kabel tanah 12 kV atau 20 kV, yang
ditanam didalam tanah. Jaringan Tegangan Rendah (JTR) merupakan jaringan yang
keluar dari gardu distribusi dengan tegangan 231 V / 400 V. Jaringan ini juga
melewati daerah kecamatan, kelurahan, pedesaan, perkampungan, ataupun
perumahan, juga melewati hutan-hutan, perkebunan dan jalan-jalan kecil.
Kebanyakan JTR adalah kabel berbungkus, namun di kota-kota tua, masih banyak
JTR yang memakai kabel telanjang. Sedangkan untuk transmisi jaringan listrik
tegangan rendah biasanya menggunakan saluran udara tegangan rendah (sutr) 40 volt – 1000 volt.
Saluran Udara Tegangan Rendah atau SUTR
merupakan jaringan kawat yang berisolasi maupun tidak berisolasi. Bagian utama
dari SUTR kawat tak berisolasi adalah tiang listrik (besi, beton), Cross Arm,
Isolator dan penghantar Aluminium / Tembaga (Cu). Transmisi
SUTR adalah bagian hilir dari sistem tenaga listrik pada tegangan distribusi di
bawah 1000 Volt, yang langsung memasok kebutuhan jaringan listrik tegangan
rendah ke konsumen. Di Indonesia, tegangan operasi transmisi SUTR saat ini
adalah 220/ 380 Volt. Pada umumnya tiang listrik yang sekarang digunakan
pada SUTR terbuat dari beton bertulang dan tiang besi. Tiang kayu sudah
jarang memerlukan pemeliharaan khusus. Sedang tiang besi jarang digunakan
karena harganya relative mahal dibanding tiang beton, disamping itu juga
memerlukan biaya pemeliharaan rutin. Dilihat dari sisi fungsi nya, tiang
listrik dibedakan menjadi dua yaitu tiang pemikul dan tiang tarik. Tiang
pemikul berfungsi untuk memikul konduktor dan isolator, sedang tiang tarik
fungsinya untuk menarik konduktor. Sedang fungsi lainnya disesuaikan dengan
kebutuhan dengan posisi sudut tarikan konduktor nya. Bahan baku pembuatan
tiang beton untuk tiang tegangan menengah dan tegangan rendah adalah sama,
hanya dimensinya yang berbeda. Pada jaringan tegangan rendah yang menggunakan
tiang bersama dengan jaringan tegangan menengah maka jarak gawang (span) harus
dijaga agar tidak lebih dari 60 meter.
Di dalam menentukan panjang tiang beberapa
faktor yang harus dipertimbangkan adalah : jarak aman antara saluran tegangan menengah
dan tegangan rendah, posisi trafo tiang, dan tinggi rendahnya trafo dengan
peyangga dua tiang. Gambar diatas adalah contoh tiang SUTR. Pada
konstruksi jaringan listrik tegangan rendah atau menengah harus diperhatikan lintasan
yang akan dilewati saluran kabel, misalnya pada saat kabel udara melintasi
jalan umum, kabel udara dipasang di bawah pekerjaan konstruksi, kabel udara melintasi
sungai, dan lintassan-lintasan lain yang perlu perhatian sehubungan dengan
kemanan kabel dan keselamatan mereka yang berada di sekitar kabel
tersebut.